Sabtu, 21 September 2013

Berkenalan dengan orang baru

Bertemu dengan orang baru

Sepertinya menyenangkan...hal yang sudah sangat jarang sekali aku alami setelah masa sekolah dan kuliah dulu, dimana aku lebih sering di organisasi sekolah dan teater. Dimana kita harus benar-benar belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dan pikiran orang lain.

Mungkin cara berfikirku berbeda dengan orang lain..entah kenapa..apa kecenderunganku yang bersifat introvert. Bagi mereka yang belum begitu mengenalku pasti menganggap aku orang yang dingin, pendiam dan kaku. Tapi pada kenyataannya aku kebalikan dari semua itu, mungkin karena aku tidak pernah bisa mengawali sebuah percakapan dengan orang asing.

Karena bagiku mereka punya kehidupan dan cerita yang kita semua tidak akan pernah tahu. Jika aku mengawali pembicaraan dan mereka merespons dengan baik, akan sangat menyenangkan dan biasanya mengalir saja dan bahkan hingga bercanda walaupun tidak saling mengenal.

Tapi akan menyedihkan jika kita mengawali sebuah percakapan yang akhirnya membuat pihak lain membuka dan mengungkapkan kembali cerita mereka yang menyakitkan. Mungkin kita bisa merespons dan memberi mereka masukan positif tapi hanya sebatas itu, karena dengan hanya mendengarkan cerita mereka saja itu adalah sesuatu yang salah. Dan kita tidak bisa memungkiri itu..

Jika kita telah masuk dalam ring kehidupan orang lain, mau tidak mau, ada satu sisi dalam hati kita untuk merasakan sebuah simpati dan ikut menyalahkan pihak yang membat mereka menderita, dan aku tahu bahwa itu salah.

Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kita tidak bisa memberikan adjustment begitu saja terhadap mereka. Kita harus mencoba bijak dan mencoba melihat sisi kebenaran dari pihak-pihak yang bersangkutan.

Itulah mengapa setelah bekerja, saya hanya membatasi percakapan hanya sebatas kepentingan saja, tidak perlu berbasa-basi yang tidak ada gunanya. Walaupun sebenarnya sebuah pengembangan percakapan sangat diperlukan untuk mendapatkan sebuah respons yang positif dari calon prospek bisnis.

Untuk itu kita harus dituntut fleksibel jika sudah turun dalam dunia bisnis, ikut tertawa dengan mereka walaupun sebenarnya garing, ikut bersimpati jika mereka mendapatkan kendala dalam pekerjaan ataupun kehidupan mereka, ikut merasakan emosi dan menanggapi secara smart segala keluhan mereka terhadap kebijakan, aturan bahkan complain politis yang terus keluar dari mulut mereka seakan bom waktu tersebut telah tersimpan sekian lama dan dibiarkan meletup-letup dan diungkapkan kepada siapa saja yang mereka temui.

kompleksitas sebuah pribadi, ya...memang sangat tidak terbatas, dan kita juga harus membiarkan fikiran kita untuk juga tidak terbatas, dan layaknya seekor bunglon yang beradaptasi terhadap semua langkah kecil yang diambilnya.

Berbicara dengan smart dan emosi yang tertata jika bertemu dengan para atasan, menghargai pembicaraan dengan para bawahan, menghormati pendapat orang lain, memeluk mereka yang membutuhkan, berbicara apa adanya dan tanpa ada yang terselubung dibaliknya, tetap tersenyum walaupun wajah mereka yang kita lempar senyuman tetap kaku seperti patung, dan masih banyak yang lain yang seharusnya sudah menjadi budaya yang harus mulai kita tumbuhkan di hati kecil kita agar tidak ada rasa saling membenci dan membedakan strata, hingga kita dapatkan sebuah hidup yang harmonis.


Tidak ada komentar: